23 Juli 2014

Cermin Itu Adalah Hati Yang Pantulannya Terlihat Diwajah

23 Juli 2014
bersih-hati[2]
“Don’t judge a book by it’s cover” mungkin itu kata-kata yang seringkali kita ucapkan ketika kita ‘terkejut’ dengan isi dari apa yang kita nilai. Ternyata apa yang tidak terlihat lebih baik daripada yang terlihat. Ah, tapi apa selamanya begitu? Ternyata tidak! Kejadian tadi pagi yang terjadi padaku membuat aku sedikit goyang dengan salah satu aphorism yang selama ini aku yakini itu. Ya, tak selamanya begitu, terkadang “What you see is what you get” 


♦ ♦ ♦ ♦ ♦


Seperti biasa, setiap seminggu sekali aku pasti belanja ke pasar membeli ikan dan sayuran untuk stock bahan makanan seminggu berikutnya. Satu hal yang belakangan ini memang aku sukai. Bukan hanya karena aku yang lagi semangatnya belajar memasak, bukan pula merasa belanja di pasar lebih murah daripada belanja di supermarket. Tapi belanja di pasar membuat aku jadi banyak bersyukur dengan apa yang sudah Allah berikan kepadaku. Selain itu, dengan belanja di pasar, aku bisa bertemu dan berinteraksi dengan beragam manusia, dengan beraneka ragam karakter dan juga sifat. Seru terkadang 


Tadi, sewaktu ingin membeli ikan di tempat penjual ikan langgananku ternyata lagi tidak berjualan. Aku pun mencari penjual ikan lainnya, namun karena ikan yang dijual kurang bagus kualitasnya akhirnya aku memutuskan untuk membeli udang. Tapi entah kenapa aku tidak sreg dengan penjualnya. Aku ngga’ tau kenapa, hatiku kok ga’ suka aja ngelihat penjual udang itu. Padahal sebelumnya aku ga’ pernah beli ikan atau udang dengannya, dalam arti tidak pernah berinteraksi langsung. Tapi ntah kenapa aku melihat wajahnya seperti kelam, gelap dan tak bercahaya. Hatiku juga berkata kalau dia bukan orang yang baik. Namun sesaat kemudian logika ku berkata “Hey Dee, ada apa denganmu? Kok seenaknya kau menilai seseorang? Belum tentu kata hatimu itu benar!” Opsss, benar juga pikirku…


Hati[3]


Singkatnya, aku akhirnya membeli udang dari penjual yang “seram” itu dengan harga Rp 60.000,- per kilonya. Sesampai di rumah aku tak langsung memasak, aku memilih mandi terlebih dahulu karena bau pasar menempel di badan dan aku tak tahan. Apalagi kalau hari hujan sepeti ini, wih, baunya, bikin mual. Sebenarnya aneh juga sih, kok, mandi, padahal kan, nanti masak jadi keringatan dan bau dapur kembali. Tapi buatku, lebih baik bau dapur daripada bau pasar :D


Setelah selesai mandi, akupun melanjutkan untuk membersihkan sayur, ikan dan segala macamnya untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam kulkas agar lebih tahan lama. Namun ketika ingin membersihkan udang yang aku beli tadi, aku merasa ada yang aneh. Sepertinya udang yang aku beli beratnya ga’ sampe satu kilogram. Tak mau menduga-duga, akupun mengambil timbangan digital yang aku punya. Jreng jreng... Benar saja, udang yang aku beli beratnya hanya 781 gram. Haaaaa... Yang 219 gram kemana? Rasanya tak mungkin terjatuh atau bisa menghilang begitu aja kan?



Seketika aku langsung merasa tertipu oleh abang ‘seram’ penjual udang itu. Kesal sekali rasanya. Kalau aja aku menurutin kata hatiku untuk ngga’ beli udang ama dia pasti aku ga’ dibohongi seperti ini. Tapi kemudian aku beristigfar, sudah terjadi, ya sudahlah. Yang pasti aku ga’ akan mau beli udang atau ikan lagi dengannya.


Kejadian tadi memberi pelajaran kepadaku untuk lebih mendengarkan kata hati daripada logika, karena hati tak hanya menilai dari apa yang terlihat saja. Hati yang bersih juga mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Hati itu laksana cermin yang pantulannya dapat terlihat di wajah kita. Bila hati bersih, pantulan di wajah akan menjadi cerah bercahaya, dan membuat orang yang melihat menjadi senang. Begitu pula sebaliknya, ketika hati kotor maka pantulan yang terlihat di wajah menjadi gelap dan kusam, sehingga orang lain menjadi benci dan malas untuk berinteraksi.


kebersihan-hati[4]


SubhanAllah, kejadian tadi menjadi pelajaran luar biasa untukku, bahwa jujur itu sangat lah utama dan sifat yang mulia. Dan yang terpenting kejadian tadi mengingatku untuk terus membersihkan hati, karena di dalam doanya pun Rasulullah SAW berkata “Aku memohon kepada-Mu hati yang bersih” HR Tirmidzi Ahmad. Karena hati yang bersih menenangkan, sementara hati yang kotor selalu membawa kepada dosa dan kesengsaraan. Semoga kita diberikan kebersihan hati, agar apa yang terpantul dari diri  kita hanya kebaikan dan kebaikan saja. Aamiin


Note:
(Sumber Photo: Internet)









Tidak ada komentar:

An ordinary woman © 2014