18 Agustus 2014

Semangat Berhijab Syar’i

18 Agustus 2014
Sejak setahun lalu keinginan untuk bisa memakai hijab yang syar’i sudah begitu kuat di hatiku, tapi entah kenapa ada saja kendala dan halangannya. Yang karena takut ga’ istiqomahlah, takut ga’ bisa lincahlah, sampe mikir blom punya banyak stock baju gamis. Aneh banget kan alasannya. Alasan yang dibuat-buat! Dan alasan itu sepertinya cuma alasan ga’ jelas yang ngebuat aku nge-excuse niat baikku. Padahal hatiku sudah berkali2X meronta (wowww bahasaku) =)) meminta untuk dilaksanakan.



Memang, sejak awal dulu pake jilbab pun aku ga’ pernah mau berpakaian yang  ketat-ketat, alasannya? aku suka risih kalo berpakaian seperti itu. Kaya jadi perhatian orang lain, padahal ga’ ada juga orang lain yang merhatiin x))



Sedangkan untuk jilbabnya, aku  juga ga pernah make jilbab yang neko-neko, dari dulu ya gitu-gitu aja, model jilbab paris segiempat, ga’ pernah di model2Xin karena aku suka merasa aneh tiap kali aku ngerubah model jilbabku. Poko’nya  semuanya serba biasalah ^^


Tapi seiring waktu, aku pun ingin memakai hijab yang sebenarnya, hijab syar’i seperti yang sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an. “Wahai Nabi, katakanlah kepada kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukminin, hendaknya mereka memanjangkan jilbab mereka ke seluruh tubuh. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, dan karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al-Ahzab:59)






Jadi aku merasa jilbab yang kupakai ini blom masuk kategori jilbab syar’i (tapi juga bukan jilbab gaul loh ya) (--") seperti yang dijelaskan oleh ayat di atas. Jilbab yang ku pake ini blom seperti akhwat2X gitu, cuma jilbab STD (dibaca: standart) kalo ku bilang…



Aku sering banget ngiri kalo ngeliat akhwat-akhwat yang memakai hijab yang syar’i, yang ada dipikiranku, kapan aku bisa kaya mereka? Kalo pas berpapasan dengan mereka pasti aku merhatiin, menurutku mereka itu anggun banget. Aku suka senyum2Xin mereka, berharap satu hari nanti aku juga bisa berhijab kaya mereka (lah, apa hubungannya coba?) Tapi walaupun senyum-senyum gitu, sebenarnya hatiku terluka loh (senyum dalam luka ceritanya jiaaahhhhh) =)) aku merasa imanku tak sebaik akhwat-akhwat yang berhijab syar’i itu, itu faktanya – __ –



Mereka itu sepertinya udah bagus banget iman dan takwanya, sementara aku? masih pletang pletong ga’ jelas. Buat mempertahankan hijab yang begini aja aku masih berat, suka ngeluh. Contohnya ya, aku kalo udah di rumah/kamar pasti jadi males keluar lagi karena kalo udah di rumah/kamar aku ga’ make jilbab, padahal kadang ada yang mengharuskan aku untuk keluar rumah. Kalo udah begitu aku jadi suka milih ga’ keluar rumah atau merasa terpaksa make jilbab lagi kalo keluar rumah. Dan ujung-ujungnya aku ngeluh “ribet ya berjilbab?” – _ –

10 Agustus 2014

Gara Gara Nomor Cantik

10 Agustus 2014
Bismillah… Semenjak membeli nomor telpon baru sering sekali aku mendapat telpon dari nomor yang aku ga kenal. Padahal nomor hp ku yang satu ini adalah nomor baru yang aku beli sekitar sebulan yang lalu. Aku memang blom terlalu me”launcing”nya ke teman-temanku karena nomor yang baru ini niatku khusus buat keluarga dekatku saja. Jadi aku cukup heran setiap ada telpon yang masuk ke nomorku itu, walaupun memang aku ga pernah mau juga mengangkatnya. 


Sebenarnya aku cukup merasa terganggu ya, tapi karena aku juga malesan ngangkat telpon kalau nomornya ga aku kenal, jadinya aku biarin saja. Toh kalau memang penting bisa sms pikirku. Tapi karena nomor tersebut berulang-ulang nelpon, akupun jadi penasaran dan mengangkat telpon tersebut. Nah, pas aku angkat telpon dan blom sempat ngucap salam ternyata  si penelpon sudah marah-marah duluan tanpa alasan yang aku ga ngerti sama sekali. Dan lucunya lagi si penelpon manggil aku dengan sebutan bapak. Lah aku kan jadi tambah bingung, sejak kapan suaraku berubah jadi suara bapak-bapak :D


Setelah si penelpon selesai marah-marahnya aku pun menjelaskan kalau beliau sudah salah nomor telpon. Lalu si penelpon pun bercerita panjang dan dari pembicaraan panjang antara aku dan si penelpon, dia mengira kalau aku adalah pak Suprapto. Karena yang dia tahu nomor yang aku pakai ini adalah nomornya pak Suprapto. Tentu saja aku bilang ga kenal sama pak Suprapto itu sama sekali dan nomor ini adalah nomorku yang aku beli sekitar sebulan lalu secara online.


DSC00754ini buktinya ya, kalau nomor cantiknya aku beli ^^


Setelah panjang lebar menjelaskan akhirnya si penelpon bisa mengerti penjelasanku. Dan beliau juga meminta maaf karena sudah marah-marah dan berkata kasar padaku. Ya sudahlah aku bilang ga apa-apa, karena memang sepertinya ini salah paham saja tanpa ada maksud apapun.


At the end, si penelpon sempat curcol ke aku kalau dia bekerja disebuah leasing di Bandung dan pak Suprapto ini adalah nasabahnya yang sudah tidak membayar kewajibannya selama empat bulan berturut-turut. Si penelpon juga cerita kalau pihaknya sudah mendatangi pak Suprapto ke rumahnya di daerah Ciwidey. Tapi ternyata pak Suprapto itu sudah pindah rumah dan sekarang perusahaan leasing tempatnya bekerja tidak tahu alamat pak Suprapto lagi dan juga keberadaannya.


Dan menurutnya lagi setiap dihubungi telponnya pak Suprapto tidak pernah diangkat (*lah nomor telponnya kan nomornya aku tentu aja ga’ aku angkat, kan aku ga kenal) Itulah sebabnya kenapa incident marah-marah tadi bisa terjadi, si penelpon langsung marah karena sudah sering nelpon tapi ga pernah diangkat, jadi begitu diangkat emosinya langsung keluar. Hmmm…


Di akhir telpon si penelpon juga masih heran kenapa nomornya pak Suprapto itu bisa berganti kepemilikan menjadi milikku. Lah aku juga bingung kok, sebenarnya nomorku ini nomor baru atau nomor lama ya? yang biasanya dikeluarkan kembali karena sudah expired ama provider selularnya. Menurut kamu?


An ordinary woman © 2014